Total Tayangan Halaman

Sabtu, 18 Mei 2013

Alam Guru Spiritual

Aku jatuh di daunan. Kasur nyaman bergerak empuk. Beri gerak bergulingan. Beruntung di hari cerah ini. Kemarin kencang angin. Aku takut sekali keluar rumah. Rupanya cuma angin kencang saja. Aku hanya melihat pohon dari dalam. Tidak dapat aku rasa, tidak dapat selain mendekati. Aku ingin mendekati. Selalu ingin mendekati. Memeluk padanya, mencium dedauan. Ku jadikan bantal daun ini, kasur empuk, selimut senyap pengusir lelah. Cerita alam menakjubkan memelihara diri sendiri. Memberi aku segar, menyehatkan sakit hati ku, mengusir suntuk melihat keramaian. Aku bersembunyi dibalik tumpukan daun. Aku ingin menjadi cacing, semut, ulat, mati untuk menghidupkan alam, hidup untuk menghidupkan alam.

Pohon Jambu Apel besar ini manis buahnya. Umurnya sudah sama seumur ku. Aku bisa terlelap tidur dibawahnya. Senyap sekali dibawahnya. Angin berhembus landai. Keadaan tenang membuat ku tak bergerak. Meresap larut damai. Tak usah ada guru spiritual. Menyatu saja dengan alam. Manusia digerakan, aku digerakan, semesta digerakan. Aku hanya mengikuti saja. Aku menyatu saja. Sungguh aku malu meminta damai, sedang aku menempatkan diri dalam keadaan kacau. Bumi sangat luas, mengapa di tempat yang kacau? Mengapa aku mesti di tempat yang sama? Aku ingin damai di alam ini. Tak menyakiti pohon ini, tak membuat asap, tak membuat tercela, tak membuat, tak bergerak, diam, senyap, damai, hilang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar