Belajar seharian. Aku samakan dengan bekerja keras. Manyangkul pikiran keras untuk dapat subur. Banyak yang ingin aku tanam. Petani dialam pikiran. Aku dapat disebut pelajar. Diri senang belajar penuh tulisan yang aku buat. Dari kesehatan, puisi, cinta, filosofi, aku menuliskannya setiap hari. Rasa bosan hanya sementaraan sesaat. Istirahat, menikmati air murni, kadang kopi, dan teh, keduanya membuatku cepat untuk buang air kecil. Suasana sekitar ku begitu nyamannya.
Aku terbiasa pergi dan melewati apa yang tidak sukai. Begitu juga perasaan kepada orang-orang lain. Lebih baik aku berjalan menemui alam. Menenangkan diri dari wajah mereka mempengaruhi perasaan. Aku segera menyingkir. Udara diluar sana menyehatkan perasaan ku. Melihat mereka yang merasa selalu membuat serba salah. Aku tegur, bila tak berubah aku berjalan saja.
Aku terbiasa pergi dan melewati apa yang tidak sukai. Begitu juga perasaan kepada orang-orang lain. Lebih baik aku berjalan menemui alam. Menenangkan diri dari wajah mereka mempengaruhi perasaan. Aku segera menyingkir. Udara diluar sana menyehatkan perasaan ku. Melihat mereka yang merasa selalu membuat serba salah. Aku tegur, bila tak berubah aku berjalan saja.
Perasaan mereka mau dimengerti. Pikiran mereka mau dimengerti. Pada dasarnya manusia adalah perasa, dan banyak yang mesti tidak untuk dirasa juga. Terlihat penuh sedih. Seluruh perasaannya kehilangan, kesakitan, dan hadirlah rasa sedih. Bila sadar mengapa harus sedih? Mengapa harus sakit? Mengapa harus merasa kehilangan? Terjadi perasaan meluap karena pengaruh kondisi.
Aku sudah melewati. Bertemu dengan pengemis tua, perasaan sedih muncul. Bertemu anjing di jalanan, sedih ku muncul. Berpisah dengan yang dicintai, sedih muncul. Aku pun menyadari bahwa pikiran ku telah terakumulasi tentang kejadian-kejadian, tentang keadaan-keadaan. Setelah mempertanyakan alasan aku sedih, aku pun sadar. Untuk apa aku sedih? Bukankah hanya pikiran ku saja, sehingga perasaan sedih ku meluapkan air mata.
Aku sudah melewati. Bertemu dengan pengemis tua, perasaan sedih muncul. Bertemu anjing di jalanan, sedih ku muncul. Berpisah dengan yang dicintai, sedih muncul. Aku pun menyadari bahwa pikiran ku telah terakumulasi tentang kejadian-kejadian, tentang keadaan-keadaan. Setelah mempertanyakan alasan aku sedih, aku pun sadar. Untuk apa aku sedih? Bukankah hanya pikiran ku saja, sehingga perasaan sedih ku meluapkan air mata.
Aku suka menulis, berjalan kaki, menikmati alam, bertemu dengan orang yang menyenangkan. Semua itu dunia yang aku pilih. Dunia yang menyenangkan. Memakan buah-buahan. Minum air putih yang banyak. Duduk membaca atau menulis. Membantu orang yang membutuhkan. Dunia ku yang sangat menyenangkan. Dunia bukan hanya dipikiran ku, dunia juga disekitar ku. Nafas sudah melega dengan pengetahuan. Apa terpikirkan terjawab dan menjadi bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar